Kamis, 07 Februari 2013

Di Balik Senyum Rapuh

Hari ini entah kenapa bakalan sedih banget. Iya saya tau memang saya akui kalau saya takut untuk melawan rasi dunia. Itulah kecemenan saya yang membuat beberapa orang cukup mencela saya dengan beberapa pikulan yang mungkin saya sendiri menjadi naif untuk menjadi diri sendiri. Rasanya hina sekali untuk berkata dan mengucapkan kata-kata, lebih baik diam daripada berbanyak kata membuat pilu hati orang. Siapa tau hati orang?. Termasuk saya sendiri yang mungkin diluarnya bahagia, penuh tawa, ringan senyum, dan terkadang sedikit melucu bisa jadi di balik itu semua saya merasakan kesedihan yang amat dalam hingga tanpa sadar saya yang naif ini mulai untuk lebih menyembunyikan decak sendu di dalam diri saya. Apakah itu masih kurang cukup untuk dikatakan rapuh?. Iya saya rapuh dengan keadaan yang berusaha untuk menggeser saya dari hingar bingar tawa yang liar ini. Tapi apakah itu masih kurang cukup bukti bahwa hati ini sebenarnya sakit. Perihal semua orang bisa menjadi pendengar yang baik itu salah !. Saya berfikir untuk apa kita bercerita tentang keluh kesah kita terhadap orang yang bila kita bercerita pasti dianggap angin lalu bahkan seperti biasanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Saya cukup sering menerima kejadian yang seperti itu tapi untuk apa saya ceritakan tentang keluh kesah saya. Hanya macam benalu yang bergoyang di rumputan hidup mereka. Tak apalah yang penting saya masih punya Tuhan dan beberapa piaraan saya seperti beberapa ikan dirumah dan 5burung lucu saya. Walaupun saya tidak bisa bercerita tentang keluh kesah saya kepada mereka tapi saya masih bisa dihibur dengan tingkah polos nan lucu dari mereka. Apapun yang terjadi dalam hidup saya pasti sudah digariskan oleh Tuhan. Bisa jadi saya menjadi periang dan bisa jadi sesedih ini dengan luka yang bekasnya sampai melekat tanpa terlihat pekatannya.

Saya pernah berbincang sedikit dengan teman sekelas saya di kampus. Sebut saja namanya Mayong, iya dia tinggal disebuah desa kecil yang bernama Mayong. Saya cukup menyita perhatian dia dengan gagasannya yang luar biasa hebat dengan muka yang tiap kali berada didekat saya pasti lelucon itu pecah dibuatnya. Sampai pada akhirnya saya tanya pada dia apa rahasianya kamu pintar dengan berbagai lelucon disetiap mata kuliahnya. IPK kamu juga bagus lebih dari saya (pada dasarnya saya tak peduli dengan nilai yang penting dimana kita bisa belajar dan mengambil ilmunya yang dibawa sampai meninggal nanti, terus berusaha dan belajar jangan patah semangat!) itu sedikit kata hebatnya. Lalu saya berfikir ada benarnya juga namun dalam masa sekarang pasti kebanyakan ada teman yang berusaha untuk menonjol dengan dia bangga mempunya IPK lumayan bagus dari pada saya sendiri. Lalu pasti juga ada teman yang tidak mau memamerkan tentang IPKnya yang bagus sekali. Dan ada juga teman dengan keponya menanyai terus-terusan, bahkan untuk membahasnya tidak bosan-bosannya. Entah saya paling menghargai teman yang tipe 2.

Dan mengenai tentang teman, sahabat, atau lain-lain. Saya hanya akan memilih untuk bungkam dan diam. Pada dasarnya saya itu paling rentan dengan namanya ditusuk dari belakang. Dan saya segera sadar bahwa sahabat itu sulit untuk dicari dan teman yang baik? alah itu hanya cerita disiang bolong. Saya masih berfikir dengan teman, pasti ada teman yang baik dan buruk. Saya cukup malas dengan bahasan yang seperti itu, padahal dijelaskan di ilmu pendidikan sebuah ILMU PENGETAHUAN SOSIAL tepatnya SOSIOLOGI bahwa kita adalah manusia sosial yang butuh dengan teman dan saling bersosialisasi. Saya hanya tertawa masam dan cukup mengerti apa maksut dari pengertian itu. Terlebih ada pepatas yang mengatakan "My Enemy Is My Best Friend'' :")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar